Selasa, 13 November 2018

Makalah Organisasi Humas

ORGANISASI HUMAS
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“Pengantar Public Relation”

Dosen Pengampu
Yuentie Sova Puspidalia, S.Pd, M.Pd.


Disusun Oleh :
Sriatin                          (211016035)
Siti Husnul Khotimah (211016039)

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB, DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PONOROGO
2017



ORGANISASI HUMAS
A.    Pendahuluan
            Dewasa ini sudah banyak organisasi atau perusahaan yang telah memiliki bagian humas tersendiri. Pada umumnya, perusahaan yang baru didirikan akan memiliki struktur organisasi yang sederhana dan efesien. Fungsi humas pada umumnya dilaksanakan oleh puncak pimpinan perusahaan sebelum dibentuknya unit humas. Unit tersebut berada pada level paling bawah dalam struktur organisasi atau perusahaan yakni mulai dari level teknis operasional dan setahap demi setahap akan meningkat ke level-level berikutnya seiring dengan perkembangan organisasi itu sendiri. Setelah organisasi atau perusahaan tersebut berkembang, maka pimpinan akan memiliki beban yang lebih berat atau komplek. Oleh karena itu, fungsi humas kemudian dijalankan oleh unit khusus.[1]
            Manajemen perusahaan biasanya baru merasakan pentingnya bagian humas jika muncul persoalan yang dinilai serius yang membutuhkan komunikasi yang cukup intensif dengan pihak-pihak eksternal.[2]
            Selain itu, seiring dengan pertumbuhan perusahaan bagian humas juga bertanggung jawab untuk menjaga hubungan bagian humas dengan investor dan analisis keuangan, kalangan pemerintah dari segalaa tingkatan, kelompok-kelompok masyarakat, pemerhati lingkungan serta karyawan dan pekerja yang semakin beragam. Oleh karena itu humas memiliki kedudukan yang sangat penting dalam suatu organisasi atau perusahaan.
Dalam makalah ini penulis akan membahas asal mula humas dalam organisasi, konsultan humas, humas profit dan non profit, humas dan manajemen serta struktur humas dalam organisasi.


B.     Pembahasan

1.    Berasal Dari Dalam Organisasi
Public relations diorganisasi pada awalnya tidak ditunjukkan untuk tujuan tertentu dan masih sangat sederhana. Public relation ini dapat dimulai dengan seseorang yang menjawab surat dari pelanggan atau anggota, disertai seseorang yang mengkopi untuk surat langsung (direct email), atau mereka yang bekerja pada intitusi periklanan, atau dengan seseorang yang malayani sebagai wakil ombudsman untuk para pekerja atau sesama.
Dalam organisasi lain, public relations berawal sebagai produk atau jasa untuk publik seperti dukungan berita untuk iklan kampanye nasional, atau pendukung dan penggerak penggalangan dana.[3]
Jika tidak ada seorang staf memenuhi syarat untuk berhubungan dengan media untuk menangani informasi publik maka fungsi manajemen berada dalam kondisi krisis.
Dalam bukunya manajemen publik relation. Morrisan mengatakan bahwa manajemen pada umumnya mengharapkan staf humas memiliki kriteria sebagai berikut :
§  Memiliki kesetiaan kepada perusahaan.
§ Dapat memberikan nasihat dan pandangan kepada manajemen dalam keputusan terkait dengan kehumasan.
§  Dapat mendorong pengertian publik terhadap organisasi.
§  Dapat memberikan inspirasi dan motivasi kepada seluruh karyawan untuk melakukan yang terbaik.
§  Mencegah karyawan berkata atau melakukan sesuatu yang akan merusak reputasi perusahaan.
§  Memiliki sifat jujur, dapat dipercaya serta memiliki kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap suatu masalah.[4]

2.      Konsultan Humas
Relasi antara klien (organisasi atau perusahan yang menyewa konsultan) dengan firma konsultan dari luar (agen) juga dimulai dari cara yang sederana dan tidak dapat diduga. Sebagai contoh sebuah organisasi menyewa sebuah firma dari luar untuk melakukan survai opini publik tentang perusahan tersebut.
Setelah menerima hasil survai, manejemen organisasi itu meminta untuk menterjemahkan penemuan “ pandangan dari luar“ dan membantu untuk memecahkan opini publik yang terindentifikasi dalam survai itu. Kesuksesan atas proyek itu mendorong hubungan yang berkelanjutan dan berkembang sehingga kemampuan public relations internal organisasi turut berkembang pula.[5]
Banyak perusahaan yang lebih suka menyewa konsultan humas dari luar perusahaan yang dapat dipercaya untuk mewakili perusahaan menangani hubungan dengan pihak eksternal, misalnya massa, lembaga pemerintah dan pelanggan (costumer). Namun demikian, tidak sedikit perusahaan yang walaupun sudah memiliki departemen humas sendiri namun tetap menyewa konsultan humas dari luar yang bertugas membantu dan memperkuat departemen humas internal. Perusahaan terakhir ini biasanya memiliki kegiatan kehumasan yang sangat aktif atau dalam hal perusahaan pada suatu saat sangat membutuhkan ekspose media massa yang cukup intensif guna menunjang program kehumasannya.
Namun adakalanya perusahaan menggunakan jasa konsultan kehumasan justru karena kegiatan kehumasan di perusahaan bersangkutan masih belum terlalu banyak. Perusahaan meminta jasa konsultan humas yang dibayar untuk bekerja membantu perusahaan dalam jangka pendek. Misalnya untuk mengatasi masalah-masalah yang menarik perhatian publik.[6]
            Pelayanan yang diberikan suatu biro konsultan humas bermacam-macam antara lain menciptakan jalur-jalur komunikasi dengan khalayak sang klien, menciptakan dan membina komunikasi-komunikasi manajemen, melakukan berbagai kegiatan dan memberikan saran-saran yang berkaitan dengan usaha penjualan dan pemrasaran, memberikan bantuan dalam hal pembinaan hubungan lembaga-lembaga politik atau lembaga keuangan menata jaringan hubungan personalia, serta turut membantu pelaksanaan pendidikan dan latihan lanjutan.[7]

3.      Humas Profit dan Non Profit.
Organisasi profit lebih sering disebut dengan nama perusahaan yang tujuannya adalah mencari keuntungan sedangkan organisasi non profit memiliki tujuan yang bersifat sosial, kemanusiaan atau politis dan hal-hal yang tidak berbentuk keuntungan. Di indonesia organisasi profit atau perusahaan dapat dibagi kedalam empat macam dilihat dari skala usahanya, mulai dari terkecil hingga terbesar, yaitu :
1)         Perusahaan Perseorangan;
2)         Perusahaan Firma;
3)         Perseroan Terbatas (PT); dan
4)         Perusahaan Publik/Terbuka (TBK).
Peran spesifik humas dalam lembaga profit adalah mendukung upaya-upaya peningkatan laba perusahaan. Misalnya dengan publik internal, humas mengupayakan program komunikasi yang mampu meningkatkan motivasi kerja karyawan untuk bekerja sesuai standar yang diharapkan manajemen, meningkatkan komitmen manajemen pada tanggung jawab organisasi baik pada publik internal dan eksternal sehingga organisasi selalu mengeluarkan kebijakan yang dapat dipertanggungjawabkan.[8]
Organisasi nonprofit didirikan untuk mencapai tujuan yang bersifat nonbisnis atau tidak mencari keuntungan. Organisasi nonprofit dapat dibagi dua macam, yaitu :
1.      Organisasi nonprofit pemerintah, departemen atau kementrian, lembaga negara, kominisi imdependen dan sebagainya.
2.      Organisasi nonprofit bukan pemerintah adalah organisasi yang kegiatan operasionalnya tidak tergantung pada bantuan pemerintah seperti : partai politik, lembaga swadaya masyarakat (LSM), organisasi kemasyarakatan (ormas), organisasi agama dan sebagainya.[9]

4.      Humas dan Manajemen.
Keberhasilan humas pada suatu organisasi perusahaan pada dasarnya bergantung pada apa yang dilakukan atau dikatakan pimpinan organisasi atau perusahaan yang bersangkutan. Ketika pimpinan perusahaan berbuat atau berbicara maka timbul interprestasi publik atau pesan yang disampaikan. Pesan tersebut tersebar luas karena adanya humas dengan demikian staf humas terikat dan tidak dapat keluar dari apa yang telah dikemukakan pimpinan perusahaan. Jika pimpinan perusahaan melakukan kebohongan, maka kebohongan itu akan menimbulkan kebohongan baru sehingga publik tidak lagi mempercayai perusahaan.[10] Contoh pertama adalah sebuah perusahaan air mineral saat menanggapi ketika diketahui sejenis larutan kimia berbahaya ditemukan pada botol air mineralnya manajemen puncak mengatakan bahwa itu terjadi karena berasal dari kecelakaan bagian pembersihan yang terisolasi dan botol yang terkontaminasi hanya terbatas dan diwilayah utara dan tela ditarik peredarannya.[11] Contoh kedua adalah penanganan perusahaan kesehatan atas masalahtylenol(sebuah bahan kimia berbahaya) yang menyebabkan krisis. Dengan bukti yang sudah sangat jelas, manajemen puncak menomorsatukan keselamatan pelanggan dengan segera mengumpulkan semua produkya dari pasar dan menarik kapsulnya didalam dan diluar negri. Manajemen mengambil langkah dramatis meski masalah itu sebenarnya hanya terjadi di wilayah kecil saja.[12]
            Kasus-kasus diatas menunjukan bagaimana manejemen puncak memainkan perannya setiap krisis yang terjadi. Kasus tersebut menunjukan bahwa kredibilitas humas suatu perusahaan dimulai dari integritas pimpinan perusahaan serta tindakan menejemen untuk lebih mengedepankan tanggung jawab sosial. Keberhasilan jangka panjang fungsi humas membutuhkan sikap dan tindakan dari pimpinan perusahaan yang meliputi :
1.      Komitmen dan partisipasi manajemen puncak dalam kehumasan.
2.      Mempertimbangkan sudut pandang humas dalam membuat kebijakan.
3.      Melakukan komunikasidua arah dengan publik internal dan eksternal.
4.      Koordinasi antara apa yang diucapkan dengan tindak.
5.      Menentukan tujuan secara jelas.
6.      Memilih tim humas yang memiliki kecakapan (kompetensi).[13]

5.      Struktur Humas
Pada dasarnya, ada dua struktur utama organisasi humas, yakni departemen humas internal yang menjadi salah satu bagian perusahaan, serta biro konsultan humas yang berdiri sendiri sebagai perusahaan jasa yang memang secara eksklusif dibidang kehumasan.[14]
Keberadaan fungsi humas pada suatu organisasi atau perusahaan biasanya diketahui dari adanya bagian atau departemen humas. Diberbagai perusahaan di Indonesia penggunaan istilah “public relations” adalah sama banyaknya dengan “humas”. Pada umumnya, lembaga atau organisasi pemerintah masih menggunakan istilah “humas” sementara perusahaan swasta lebih senang menggunakan istilah “public relations”.
Besar kecilnya departemen humas internal pada suatu organisasi atau perusahaan tergantung pada tiga hal yaitu :
1.      Ukuran organisasi atau perusahaan itu sendiri.
2.      Nilai atau arti penting fungsi humas bagi manajemen.
3.      Karakteristik organisasi atau perusahaan.
Bagian humas mendukung manajemen dan pimpinan dalam mencapai tujuan perusahaan. Tujuan perusahaan hanya dapat tercapai secara optimal jika manajemen dan humas dapat bekerja sama dengan sebaik-baiknya. Dari perspektif humas, pimpinan yang dapat mendukung fungsi humas memiliki karakteristik antara lain memiliki pandangan positif terhadap fungsi humas, mendukung penyediaan dana yang cukup untuk program kehumasan, analisis dan evaluasi program serta bersedia melakukan dialog dan muncul ke tengah masayarakat jika diperlukan.
Humas juga berperan dalam proses pengambilan keputusan terkait persoalan yang memiliki dampak terhadap hubungan internal dan eksternal organisasi atau perusahaan.[15]





C.    Penutup
Kesimpulan

Oleh karena itu kita dapat menyimpulkan humas memiliki kedudukan yang sangat penting dalam organisasi atau perusahaan. Meskipun banyak perusahaan menyewa konsultan humas dari luar. Selain itu humas berperan penting dalam organisasi baik profit maupun nonprofit. Keberhasilan humas pada organisasi perusahaan pada dasarnya tergantung pada apa yang dilakukan atau dikatakan pimpinan organisasi atau perusahaan yang bersangkutan.





DAFTAR PUSTAKA


Anggoro, M. Linggar. Teori dan Profesi Kehumasan. Jakarta: Bumi Aksara,       2000.
M.A, Morrisan. Manajemen Public Relations: Strategi Menjadi Humas Profesional. Jakarta: kencana, 2008.
Simandjuntak, John P, dkk. Public Relations. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2003.



[1]Morrisan, M.A. Manajemen Public Relation: Strategi Menjadi Humas Profesional, Jakarta: Prenada Media Group, 2010, cet.2, hal. 77.
[2]Ibid, hal. 78.
[3]John P. Simandjuntak, Public Relations, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2003, hal. 65.
[4]Morrisan, M.A. Manajemen Public Relation: Strategi Menjadi Humas Profesional, Jakarta: Prenada Media Group, 2010, cet.2, hal. 81.
[5]John P. Simandjuntak, Public Relations, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2003, hal. 70.
[6]Morrisan, M.A,Manajemen Public Relations: Strategi Menjadi Humas Profesional, hal. 81
[7]M. Linggar Anggoro, Teori dan Profesi Kehumasan, hal. 119
[8]Morrisan, M.A. Manajemen Public Relation: Strategi Menjadi Humas Profesional, Jakarta: Prenada Media Group, 2010, cet.2, hal. 86
[9] Ibid, hal. 89-90.
[10] Morrisan, M.A. Manajemen Public Relation: Strategi Menjadi Humas Profesional, Jakarta: Prenada Media Group, 2010, cet.2, hal. 91.
[11] John P. Simandjuntak, Public Relations, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2003, hal. 72.
[12] Ibid, hal. 73.
 [13] Morrisan, M.A. Manajemen Public Relation: Strategi Menjadi Humas Profesional, Jakarta: Prenada Media Group, 2010, cet.2, hal. 94.
[14] M. Linggar Anggoro, Teori dan Profesi Kehumasan, hal. 104.
[15] Morrisan, M.A. Manajemen Public Relation: Strategi Menjadi Humas Profesional, Jakarta: Prenada Media Group, 2010, cet.2, hal. 94-98.