Selasa, 08 Januari 2019



  AKSI GENBI GALANG DANA UNTUK KORBAN TSUNAMI ANYER


        Ponorogo- Mahasiswa IAIN Ponorogo dan UNIDA Gontor peraih beasiswa Bank  Indonesia, pada hari minggu tanggal 30/12/18 kompak melaksanakan kegiatan penggalang dana bagi korban bencana tsunami di Anyer Banten Lampung, galang dana tersebut dilaksanakan hanya satu hari di sejumlah titik jalan di daerah Ponorogo, yaitu jalan sekitar Pasar Pon, Jeruksing, Ngepos, Pasar Legi, dan Pabrik Es. Kegiatan tersebut diagendakan akan dimulai pada pukul 9 pagi sampai jam 12 siang, namun dikarenakan hujan turun dengan cukup lebat membuat acara tersebut harus disudahi pada jam setengah 12 siang.

Dana yang sudah terkumpul nantinya akan ditransfer kepada perwakilan GenBI (Generasi Baru Indonesia) Banten atau Komunitas Penerima Beasiswa Bank Indonesia yang berada di Banten untuk kemudian mereka salurkan kepada pihak yang berwenang dalam penanganan bencana tersebut.

Sebelumnya, di Indonesia pada tahun 2018 ini telah terhitung sejumlah bencana alam dengan dampak besar yang melanda beberapa wilayah.
Di awal tahun 2018 telah terjadi gempa di Lebak Banten dengan kekuatan 6,1 SR. Longsor di Brebes pada bulan Februari. Pada bulan April telah terjadi erupsi gunung Sinabung yang telah meluncurkan awan panas sejauh 3.500 meter kearah tenggara dan selatan menurut Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) dan Pos Pengamatan Gunung Api Sinabung. Gempa di Lombok yang berkekuatan 7,0 SR pada bulan Agustus. Gempa dan Tsunami di Palu dan Donggala pada bulan September, gempa berkekuatan 6 SR dan Trsunami mencapai 6 meter. Banjir dan longsor di Sumatera bulan Oktober. Dan di penghujung tahun 2018 yang telah banyak menyita perhatian masyarakat yaitu terjadinya Tsunami yang disebabkan oleh aktivitas vulkanik anak gunung Krakatau yang memporak-porandakan wilayah Serang, di wilayah Banten, pelabuan, dan Kota Agung Lampung.

Mendengar adanya bencana yang banyak menimpa sejumlah daerah di Indonesia, tergeraklah hati salah seorang anggota Genbi dari Ponorogo itu dan langsung membentuk tim untuk turut serta dalam membantu korban bencana tersebut dengan menggalang dana. Semangat mereka membara saat menjalankan aksi tersebut, teringat akan betapa dahsyatnya bencana alam yang banyak terjadi di tahun 2018. Walaupun tidak banyak tetapi mereka ingin membantu meringankan beban masyarakat yang terkena bencana.





Agus Tarmo Kusuma dan Hesti Wulandari selaku GenBI IAIN Ponorogo berharap agar dengan adanya bantuan-bantuan yang sudah tersalurkan dapat membantu meringankan beban dan bermanfaat bagi korban-korban yang selamat, dan penggalangan dana tersebut dapat menjadi awal dari kemunculan GenBI di Ponorogo tersendiri, juga dari kegiatan itu bisa lebih bisa mengompakkan dan mengakrabkan sesama mahasiswa yang berada di Ponorogo maupun dikota lain.





Lika Liku Perjalanan Seorang Ibu dan Keluarga Untuk Kembali ke Kampung Halamannya

ibu Winarti (43) beserta keluarga harus mengianp untuk sementara di tempat Dinas Sosial Jl. Gondosuli No. 25 Ponorogo. (siti Husnul / Ponorogo )

Rabu, 26 desember 2018.
Ponorogo, Kisah berawal dari seorang ibu bernama Winarti berusia 43 tahun, yang harus menempuh perjalanan panjang bersama suami dan anak semata wayangnya. Terik sinar matahari enggan membuatnya untuk beristirahat sejenak melainkan masih melanjutkan perjalanannya. Banyak rintangan yang dialaminya bersama keluarga, mulai dari kehilangan uangnya dan harus menjual gadget sang suami, sehingga ia sekeluarga harus melalui perjalanan panjang agar sampai ke jawa untuk menemui saudaranya. Tanpa ia disadari, saudaranya hilang kontak.
Di balik semua itu ada banyak hal yang harus dialami keluarga ibu Winarti, sebelumnya ia sekeluarga masih sempat melakukan liburan dan menginap di sebuah hotel, setelahnya ia kembali dari liburan saudaranya datang menemuinya untuk meminjam uang dengan total 50 juta, karena ibu winarti sudah percaya dan satu-satunya saudara yang paling dekat dengannya, sehingga ibu Winarti mau meminjamkan dengan sukarela. Sampai akhirnya keluarga ibu winarti  kembali dari liburannya, yakni ke kampung halamanya yang berada di Lampung.
Setelah beberapa hari setelahnya, Ibu winarti sekeluarga sangat membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, dan untuk membeli kebutuhan pokok yang akhirnya memiliki niat meminta kembali uang yang dipinjam oleh saudaranya.sampai pada akhirnya ibu Winarti melakukan perjalanan jauh dari Lampung menuju Jawa.
Saat akan melakukan perjalanan jauh, ia memutuskan untuk menghubungi saudaranya jika ia membutuhkan uangnya dan mendapat jawaban jika ingin uangnya dikembalikan harus datang ke Jawa. Tanpa berpikir panjang ibu winarti sekeluarga berangkat menaiki bus dengan uang secukupnya. Saat berada didalam bus ibu winarti sempat kehilangan uangnya, karena kehilangan uang ia sudah tidak memilii uang lagi,  sampai ia harus merelakan menjual gadget milik suaminya yang terjual dengan harga 300 ribu karena sudah kepepet tidak ada uang lagi.
Sampai tujuan akhirnya, tepat di Jln Pramuka No. 120  Ronowijayan Ponorogo ibu winarti sudah tidak bisa menahan letihnya setelah menempuh perjalanan dengan bus, kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki karena ia sebelumnya sempat kurang sehat. sebelumnya ia beserta keluarga  juga sempat bersinggah di beberapa pesantren karena tidak ada tempat untuk beristirahat dan tempat untuk menginap.
Ibu Winarti menceritakan bagaimana orang-orang memandangnya, seperti mencemoh dan seakan tidak peduli dengan pertanyaan yang ditanyakan ibu Winarti saat berada didepan sebuah rumah. “ onok wong mbak lagi jemur baju terus ndelok kulo langsung melbu omah trus nutup lawange, ngirone kulo penjahat piye padahal hartane wong iku enggak sepirone hartaku, kulo wae ndue perkebunan karet terus kulo iki yo ngajar dadi guru SMP ”  kata ibu Winarti kepada seorang dosen yang ditemuinya.
Karena merasa bingung dan tidak bisa menghubungi saudaranya, ditengah jalan beliau bertemu dengan seorang dosen dan memberi arahan kepada ibu sekeluarga untuk mendatangi Dinas Sosial agar diurus dan segera kembali ke kampung halamanya. Karena tidak memiliki saudara atau keluarga yang berada di jawa sehingga harus diurus oleh pihak yang bertugas.
Uang 50 juta itu bukan nominal kecil, walaupun ibu winarti sekeluarga hidup dengan berkecukupan tanpa harus meminjam uang saudara atau juga temannya. Uang dengan nominal sebesar itu bagi orang lain sangat sulit untuk meminjamkannya meskipun itu saudara ataupun keluarga yang lain. Tetapi bagi ibu Winarti tidak enggan untuk meminjamkan uang karena merasa harus membantu seseorang yang sedang membutuhkan bantuannya.
Tepat pukul 13.00, ada salah seorang mahasiswi yang dengan suka rela mengantarkan ibu winarti beserta suami dan anaknya secara bergantian, “saya sempat menolak tawarannya, kalau jarak kantor dinsos dekat kami akan tetap melanjutkan perjalanan kami dengan berjalan kaki” cerita ibu winarti
Jarak antara Dinsos dengan ibu Winarti memang tidak cukup dekat, jika harus berjalan kaki. Ibu winarti sendiri terlihat letih dari raut wajahnya, yang sebenarnya saat itu juga ibu winarti tubunya memang agak kurang sehat sehingga terlihat jelas bagaimana letihnya setelah melakukan perjalanan panjang.
Berbagai rintangan  harus dijalani ibu winarti sekeluarga, karena mendapat cemohan dari orang-orang yang melintas didepannya dengan mengatakan seperti penjahat, penipu, dan yang lainnya. Ibu winarti mengabaikannya dan terus berjalan untuk mencapai tempt tujuan, supaya ia dan keluarga bisa segera diurus untuk kembali ke kampung halamanya oleh pihak yang bertugas di Dinas Sosial.
Karena terlihat tidak membawa barang bawaan, karena agar tidak berat membawa barang yang lumayan banyak dan harus menitiptakan barang-barangnya di Terminal tempat penitipan. Hal itu membuat ibu winarti harus menerima tuduhan dari pihak dinas sosial karena mengira ibu winarti seorang penipu yang mengaku-mengaku sebagai korban. Tetapi beberapa menit kemudian akhirnya pihak dari dinas sosial memutuskan supaya ibu winarti sekeluarga untuk menginap sementara di tempat dinas sosial sampai pihak Dinsos selesai mengumpulkan bukti dan mencari informasi terkait ibu winarti dan sekeluarga, agar masalah segera terselesaikan dan ibu Winarti sekeluarga bisa secepatnya pulang ke rumahnya.
Memang tidak mudah mempercayai seseorang, walaupun itu salah satu keluarga sendiri memang saat ini semua orang harus waspada agar lebih bijak saja dalam mengambil keputusan apapun agar tidak beresiko fatal “ ucap ibu winarti sebagai bentuk nasehatnya.

Dan akhirnya ibu Winarti sekeluarga sudah cukup tenang ada tempat untuk menginap sementara, menunggu sampai pihak Dinsos untuk menidak lanjuti kasus yang dialami ibu Winarti dan keluarganya.